Laman

Rabu, 23 November 2011

Warm Needer

Bismillah.

Sebuah cerita berawal dari kisah yang tak pernah ada sebelumnya…dalam perjalananku mencari kebenaran dan kebahagiaan sejati melalui langkah demi langkah yang tak pasti.

Serambi semak belukar tak rimbun, melangkahi tanah empuk merah darah, kaki linu berjalan siput, hembusan angin sepoi – sepoi biasa membuatku merinding kedinginan sejenak. Tak lebih dan tak kurang kuingin istrahat sejenak dalam kehangatan selimutku, tapi takdir selalu membawa ke harapanku yang belum ingin kutemui.

Berawal dari melihat suatu cermin dari sebuah gedung yang memantulkan bayangan seseorang yang sedang berjalan sendirian di tengah hutan yang gelap, dia berhenti karena melihat sesuatu dalam bayang – bayang malam yang disadarinya hanyalah khayalan belaka. Melanjutkan langkah kaki ke tempat selanjutnya dan melintasi jalan yang sepi sampai akhirnya bertemu dengan dia. Mata mengkilap dalam kegelapan, sunyi dan dingin menjelaskan bahwa dia kesepian dan terlihat sedih, walau tak pasti apa maksud dari tatapannya tapi aku merasakan hal itu. Terdiam sejenak dan mencoba mengambil kuda – kuda siaga sebelum akhirnya kesadaranku menormalkan pikiranku.

Tak berniat mengganggu, dia lari dariku dengan penuh siaga, walau aku tak peduli tapi mata itu tetap peduli. Apa maksud dari tatapan itu? Gilakah aku memikirkannya? Kuharus tetap fokus untuk mengingat selimutku tapi tatapan itu mendinginkanku. Sudah ya sudahlah, ku coba berbalik dan membalas tatapannya yang hampa itu tapi hal ini membuatku sedikit terlihat aneh. Abstrak? Mungkin…! Yakin? Tidak…! Oh tidak aku mulai gila memikirkannya dan mulai ingin memburunya, perasaan apa sebenarnya itu? Tidak terjawabkan dalam benakku. Setelah menatap dirinya sekian menit ku putuskan untuk pergi meninggalkannya, aku harus tetap maju melangkah demi kehangatanku dan tak mengganggu kedinginanmu tapi jika dia mau ikut akan ku persilahkan dengan senang hati walau dengan berat hati, tapi dia tetap terdiam disana dan akupun berlalu.

Keindahan malam dan suasana atmosfir yang mendukung membuatku susah melupakan pertemuanku dengan dirinya. Khahaha walau terkadang aku berpikir telah melewatkan kesempatan sekali seumur hidup untuk bisa bertemu dan mendapatkannya seperti pada saat itu, tapi aku tak terlalu menyesal karena nyawa ini masih bisa digunakan untuk kebaikan. Farewell…Tirai tertutup untuk kisah hari ini.

(Suhafer) !