Beriringan dengan nada yang semerawut dari barisan gerbong besi kutelusuri jalan setapak ini. Angin sepoi – sepoi membuatku teringat siapa diriku. Aku bukanlah aku dan bukanlah dia. Aku bukan orang yang tinggal di dekat stasiun ataupun dekat penjual bakso. Aku bukanlah siapa – siapa, bukanlah seorang yang bisa bicara seenaknya dan merasakan apa – apa. Aku hanyalah bayangan yang mengikuti setiap langkah, pikiran dan emosi yang tertinggal dari dia. Aku sendiri bahkan tak nyata.
Kenyataan memang pahit tapi aku berdiri disini. Jika ada seseorang yang bisa menamparku sekarang silahkan tampar. Tamparan itu menyakitkan, sekiranya ku ingin menerima sakit itu sehingga aku bisa merasa hidup. Apalah artinya kehidupan jika yang kita rasakan kehampaan. Sungguh hampa.
Terlepas dari keberadaanku yang hampa, tak nyata dan amburadul, Aku memiliki cukup banyak kisah. Untuk ukuran sebuah referensi yang akan membuat orang sedikit memiringkan kepala jika berhasil mengkajinya, walau sebenarnya cukup gila tuk dikaji. Tapi aku yakin insyaAllah semua ada hikmahnya.
Setelah pertempuran hati dan pikiran dalam otakku selesai aku kembali berjalan. Kurasakan ringan di kepalaku serasa sesuatu yang berat terlepas dari komponen otakku. Hal ini bisa bertanda bahwa aku sudah mulai tenang atau malah makin mendekati gila. Tapi hal itu tak membuatku ragu untuk terus berjalan. Beningnya pantulan cahaya dari genangan air danau membuatku yakin akan suatu hal. Orang – orang akan mengira aku gila jika tiba – tiba aku meloncat kedalam danau tersebut. Tapi diantara orang – orang tersebut pasti ada satu atau lebih yang mengatakan aksi tersebut hebat. Hal itu membuatku yakin satu hal, yaitu jangan ragu terhadap apa yang kau lakukan.
Dipikir – pikir sepertinya otakku sudah mulai berpikir tak karuan. Ku segera kembali ke peristrahatan agar bisa kembali memulai kisahku yang baru dan menutup tirai kisahku yang lama. Semoga kisah hari ini dapat menyegarkan pikiran dan memperbaiki perilaku.
(suhafer) !
Tidak ada komentar:
Posting Komentar